Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum - Hallo sahabat Situs Poker, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel Berita, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.
Judul : Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
link : Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
Bandar Poker Online Terpercaya - Sedemikian sia-sianya kerja keras Presiden Joko Widodo, karena semuanya serba politik pencitraan, demikian yang dilihat para penentang Jokowi, seolah tiada celah yang bisa dimasuki sang Presiden, yang membuat mereka angkat topi dan mengucapkan salut. Tapi mari kita melihatnya dengan kacamata berbeda.
Jika direnungkan dalam-dalam, sungguh nyaman punya presiden yang sibuk menampilkan citra dirinya. Citranya yang empati dengan masyarakat kelas bawah, yang ingin punya pimpinan visioner, tidak mengutamakan kepentingan kelompok dan golongan. Tenang sekali rasanya memiliki Presiden yang gerak geriknya serba “pencitraan”, blusukan setiap saat, tidak hanya terima laporan para menteri dan jajarannya, serba ingin tahu kondisi di lapangan posisi terakhir. Takjub dan kagum jika selalu kita ikuti kegiatan seorang pemimpin yang mengutamakan “pencitraan”, sebagai pengayom dan pemberi teladan kerja keras dan konsisten, perhatiannya hingga ke ujung daerah tertinggal, agar tidak terlewatkan dari derap pembangunan.
Silakan setiap kritikus menyuarakan setiap gerak Jokowi sebagai “pencitraan”, dan memang demikian adanya. Bukan hanya kali ini Jokowi menempatkan dirinya demi “pencitraan”, malah sejak masa kanak-kanak dan remaja sudah terlihat gelagat pencitraan. Sebagai orang yang berasal dari rakyat kebanyakan, yang bekas para tetangganyapun dulu mengenangnya sebagai figure yang bersikap apa adanya, pekerja keras, bukankah itu semua pencitraan dalam arti positif ?
Berita yang menampilkan kesibukan Jokowi mengelola pembangunan, dibahas di hampir setiap media, dan tidak terbatas pada lingkup wilayah tertentu, melainkan seluas nusantara, jika hal itu tidak cukup menunjukkan indikasi sebagai pencitraan, biar dikatakan terlalu naïf, karena memang demikianlah cara Jokowi melakukan pencitraan. Pencitraan yang dimaksud di sini jelas, menunjukkan beginilah gaya bekerja seorang Jokowi, yang mampu menginspirasi gelora setiap komponen bangsa, bekerja hingga batas kemampuan.
Kalau dikatakan sebagai mempersiapkan citra baik demi pemilihan Presiden 2019, boleh juga. Tidak dibahaspun, pemilihan Presiden memang akan berlangsung pada tahun itu, sah-sah saja Jokowi berancang-ancang, caranya ya seperti saat ini, menunjukkan kepada pemilih, kesungguhannya melayani masyarakat, memotori geliat pembangunan, demi tujuan yang tampak jelas, untuk kesejahteraan rakyatnya.
Jika mereka yang bersuara sengak itu, duduk sebagai Presiden seperti yang disandang seorang Jokowi saat ini, mau dan mampukah menampilkan citranya semengkilat ini ? Kan sudah ada contohnya, pada Presiden periode lalu, kita tahu dimana perbedaan dan jejak langkah pencitraannya, kita bisa sepakat dalam hal menamakan istilah pencitraan, pembedanya hanya pada cara dan strategi, jika dulu dengan menampilkan dirinya sebagai korban pembusukan, pendzoliman dan pembunuhan karakter, Jokowi memiliki cara lain, pencitraannya dengan cara memotivasi dan melakukan inspeksi sekuat tenaga, demi minimalnya hambatan pengelolaan pemerintahan.
Dalam kaidah manajemen modern, ada klausul tentang pengendalian di tempat atau on the spot controlling, dan tampaknya Jokowi sangat menikmati cara pengelolaan pembangunan dengan menggunakan metode itu, dan terbukti efektif menunjukkan dirinya sebagai inspirasi seluruh jajaran kabinet, sehingga tidak cukup dengan menunggu laporan dari level bawah, melainkan sekaligus memberi warna kepada mereka di lapangan melalui pengendalian di tempat tadi. Hal seperti inilah yang ditengarai sebagai asal muasal yang dibaca oleh para penentang, sehingga menimbulkan kesan pencitraan.
Respon Presiden atas suara yang menyebut dirinya seperti itu, tampaknya tidak terlalu membuatnya gerah. Apapun yang dilakukan seorang pemimpin, berdampak baik ataukah berefek kurang baik, bagi penentang tidaklah berbeda, mereka selalu melihatnya dari perspektif berbeda, dari sudut miring. Tidak heran kalau para punggawa Presiden sering tampak geli sendiri ketika menanggapi berbagai komentar minus, sementara dilihat dari kacamata masyarakat, justru kondisi sebaliknya yang terjadi.
Pengamat Politik yang spesialisasinya menyoal pencitraan, menyuarakan harapannya, pasca pasangan Jokowi-JK memenangkan pilpres, seperti ini: Pengamat politik Jerry Sumampow mengharapkan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) tidak mengikuti jejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memainkan politik “pencitraan” saat memerintah. Karena dia tegaskan, masyarakat sudah muak dengan dengan politik “pencitraan” yang ditontonkan Presiden SBY selama 10 Tahun ini.
Masyarakat menurut dia, sekarang lebih mengharapkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) melakukan politik aksi nyata atau politik kerja. Politik pencitraan yang menurutnya sebagai politik tipu-tipu (politik kebohongan) yang dimainkan SBY adalah terkait lahirnya Perppu Pilkada. “Kita berharap Jokowi-Jusuf Kalla meninggalkan politik pencitraan ini, politik tipu-tipu dan politik kebohongan. Masyarakat butuh politik aksi nyata atau politik kerja,” tegas Jerry dalam Diskusi bertajuk “Politik Bohong dan Jegal-jegalan: Mampukah Jokowi Bertahan?”,.
“Kita mau supaya pemerintahan Jokowi-JK mengganti politik kebohongan, politik pencitraan dengan politik aksi nyata atau politik kerja dalam kejujuran,” kembali dia tandaskan.
Karena menurut jerry, politik aksi nyata dan kerja akan menjadi modal dasar bagi Jokowi-JK “melawan” hegemoni koalisi merah Putih yang menguasai parlemen. “Saya kira, model politik seperti ini juga yang ditakuti oleh parlemen. Model politik aksi nyata dan kerja dalam kejujuran buat rakyat adalah politik yang dibenci oleh parlemen, karena sudah pasti tidak akan mengguntungkan mereka, tidak akan ada lagi proyek-proyek, tak akan ada lagi mitra-mitra kerja memberikan setoran secara rutin kepada parlemen atau kepada partai-partai,” kata Jerry.
Karena itu, dia melihat kalau model politik aksi nyata atau politik kerja yang akan dilakukan pemerintahan Jokowi-JK, maka bisa dipahami KMP menjadi ketar-ketir. Karena parlemen akan berhadapan dengan rakyat, yang tengah diperjuangkan oleh pemerintahan Jokowi-JK dalam program kerjanya. “Maka ya, bisa dipahami jika akhir-akhir ini muncul politik jegal-jegalan. Model politik yang disuguhkan itu Ingin menghambat kerja-kerja nyata pemerintahan Jokowi-JK. Itu Karena Jokowi-JK disukai dan diinginkan oleh rakyat,” tandasnya (sumber :Tribunnews.com).
Pernyataan itu muncul menjelang masa bakti Jokowi-JK, dimana belum dapat digambarkan bagaimana gaya seorang Jokowi mengelola pemerintahan. Jika kita mintakan saat ini kepada yang bersangkutan untuk menilai gaya Jokowi, tentu akan berbeda jauh. Indikasi politik kerja nyata jelas kita rasakan, maka berikutnya adalah, bersiap-siaplah para lawan politik, atau front Koalisi Merah Putih untuk berhadapan dengan rakyat, karena seperti disebutkan pengamat diatas, jika yang ditunjukkan adalah politik kerja nyata, siapapun yang berseberangan, maka akan berhadapan dengan rakyat. Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pencitraan, adalah identik dengan politik kebohongan. Dan gaya seperti itu bukanlah tipe Jokowi.
Presiden adalah sosok yang menjadi pusat perhatian, maka pada tempatnya sosok itu harus berdiri pada posisi ideal, posisi yang positif. Kesan positif itu yang berhasil ditunjukkan oleh sosok Jokowi, yang tidak syak lagi menjadi modal terbesarnya sebagai calon terkuat pada Pilpres 2019.
alam Situs Poker Online Resmi
Berita Terkece Dan Terupdate
Sumber : Seword.com
Anda sekarang membaca artikel Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum dengan alamat link https://situspoker11.blogspot.com/2017/06/tabiat-sejati-jokowi-pencitraan-hingga.html
Judul : Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
link : Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
Berita Tercepat - Saat ini Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum menjadi berita hangat sekaligus viral didunia maya.Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum |
Jika direnungkan dalam-dalam, sungguh nyaman punya presiden yang sibuk menampilkan citra dirinya. Citranya yang empati dengan masyarakat kelas bawah, yang ingin punya pimpinan visioner, tidak mengutamakan kepentingan kelompok dan golongan. Tenang sekali rasanya memiliki Presiden yang gerak geriknya serba “pencitraan”, blusukan setiap saat, tidak hanya terima laporan para menteri dan jajarannya, serba ingin tahu kondisi di lapangan posisi terakhir. Takjub dan kagum jika selalu kita ikuti kegiatan seorang pemimpin yang mengutamakan “pencitraan”, sebagai pengayom dan pemberi teladan kerja keras dan konsisten, perhatiannya hingga ke ujung daerah tertinggal, agar tidak terlewatkan dari derap pembangunan.
Silakan setiap kritikus menyuarakan setiap gerak Jokowi sebagai “pencitraan”, dan memang demikian adanya. Bukan hanya kali ini Jokowi menempatkan dirinya demi “pencitraan”, malah sejak masa kanak-kanak dan remaja sudah terlihat gelagat pencitraan. Sebagai orang yang berasal dari rakyat kebanyakan, yang bekas para tetangganyapun dulu mengenangnya sebagai figure yang bersikap apa adanya, pekerja keras, bukankah itu semua pencitraan dalam arti positif ?
Baca juga :
- Ini Alasannya Jokowi Tidak Melakukan Konferensi Pers Seperti GNPF
- Ngarep Kasusnya Dihentikan, Buni Yani Ingin Tes Ketegasan Jokowi
Berita yang menampilkan kesibukan Jokowi mengelola pembangunan, dibahas di hampir setiap media, dan tidak terbatas pada lingkup wilayah tertentu, melainkan seluas nusantara, jika hal itu tidak cukup menunjukkan indikasi sebagai pencitraan, biar dikatakan terlalu naïf, karena memang demikianlah cara Jokowi melakukan pencitraan. Pencitraan yang dimaksud di sini jelas, menunjukkan beginilah gaya bekerja seorang Jokowi, yang mampu menginspirasi gelora setiap komponen bangsa, bekerja hingga batas kemampuan.
Kalau dikatakan sebagai mempersiapkan citra baik demi pemilihan Presiden 2019, boleh juga. Tidak dibahaspun, pemilihan Presiden memang akan berlangsung pada tahun itu, sah-sah saja Jokowi berancang-ancang, caranya ya seperti saat ini, menunjukkan kepada pemilih, kesungguhannya melayani masyarakat, memotori geliat pembangunan, demi tujuan yang tampak jelas, untuk kesejahteraan rakyatnya.
Jika mereka yang bersuara sengak itu, duduk sebagai Presiden seperti yang disandang seorang Jokowi saat ini, mau dan mampukah menampilkan citranya semengkilat ini ? Kan sudah ada contohnya, pada Presiden periode lalu, kita tahu dimana perbedaan dan jejak langkah pencitraannya, kita bisa sepakat dalam hal menamakan istilah pencitraan, pembedanya hanya pada cara dan strategi, jika dulu dengan menampilkan dirinya sebagai korban pembusukan, pendzoliman dan pembunuhan karakter, Jokowi memiliki cara lain, pencitraannya dengan cara memotivasi dan melakukan inspeksi sekuat tenaga, demi minimalnya hambatan pengelolaan pemerintahan.
Dalam kaidah manajemen modern, ada klausul tentang pengendalian di tempat atau on the spot controlling, dan tampaknya Jokowi sangat menikmati cara pengelolaan pembangunan dengan menggunakan metode itu, dan terbukti efektif menunjukkan dirinya sebagai inspirasi seluruh jajaran kabinet, sehingga tidak cukup dengan menunggu laporan dari level bawah, melainkan sekaligus memberi warna kepada mereka di lapangan melalui pengendalian di tempat tadi. Hal seperti inilah yang ditengarai sebagai asal muasal yang dibaca oleh para penentang, sehingga menimbulkan kesan pencitraan.
Respon Presiden atas suara yang menyebut dirinya seperti itu, tampaknya tidak terlalu membuatnya gerah. Apapun yang dilakukan seorang pemimpin, berdampak baik ataukah berefek kurang baik, bagi penentang tidaklah berbeda, mereka selalu melihatnya dari perspektif berbeda, dari sudut miring. Tidak heran kalau para punggawa Presiden sering tampak geli sendiri ketika menanggapi berbagai komentar minus, sementara dilihat dari kacamata masyarakat, justru kondisi sebaliknya yang terjadi.
Pengamat Politik yang spesialisasinya menyoal pencitraan, menyuarakan harapannya, pasca pasangan Jokowi-JK memenangkan pilpres, seperti ini: Pengamat politik Jerry Sumampow mengharapkan Presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) tidak mengikuti jejak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memainkan politik “pencitraan” saat memerintah. Karena dia tegaskan, masyarakat sudah muak dengan dengan politik “pencitraan” yang ditontonkan Presiden SBY selama 10 Tahun ini.
Masyarakat menurut dia, sekarang lebih mengharapkan pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla (JK) melakukan politik aksi nyata atau politik kerja. Politik pencitraan yang menurutnya sebagai politik tipu-tipu (politik kebohongan) yang dimainkan SBY adalah terkait lahirnya Perppu Pilkada. “Kita berharap Jokowi-Jusuf Kalla meninggalkan politik pencitraan ini, politik tipu-tipu dan politik kebohongan. Masyarakat butuh politik aksi nyata atau politik kerja,” tegas Jerry dalam Diskusi bertajuk “Politik Bohong dan Jegal-jegalan: Mampukah Jokowi Bertahan?”,.
“Kita mau supaya pemerintahan Jokowi-JK mengganti politik kebohongan, politik pencitraan dengan politik aksi nyata atau politik kerja dalam kejujuran,” kembali dia tandaskan.
Karena menurut jerry, politik aksi nyata dan kerja akan menjadi modal dasar bagi Jokowi-JK “melawan” hegemoni koalisi merah Putih yang menguasai parlemen. “Saya kira, model politik seperti ini juga yang ditakuti oleh parlemen. Model politik aksi nyata dan kerja dalam kejujuran buat rakyat adalah politik yang dibenci oleh parlemen, karena sudah pasti tidak akan mengguntungkan mereka, tidak akan ada lagi proyek-proyek, tak akan ada lagi mitra-mitra kerja memberikan setoran secara rutin kepada parlemen atau kepada partai-partai,” kata Jerry.
Karena itu, dia melihat kalau model politik aksi nyata atau politik kerja yang akan dilakukan pemerintahan Jokowi-JK, maka bisa dipahami KMP menjadi ketar-ketir. Karena parlemen akan berhadapan dengan rakyat, yang tengah diperjuangkan oleh pemerintahan Jokowi-JK dalam program kerjanya. “Maka ya, bisa dipahami jika akhir-akhir ini muncul politik jegal-jegalan. Model politik yang disuguhkan itu Ingin menghambat kerja-kerja nyata pemerintahan Jokowi-JK. Itu Karena Jokowi-JK disukai dan diinginkan oleh rakyat,” tandasnya (sumber :Tribunnews.com).
Pernyataan itu muncul menjelang masa bakti Jokowi-JK, dimana belum dapat digambarkan bagaimana gaya seorang Jokowi mengelola pemerintahan. Jika kita mintakan saat ini kepada yang bersangkutan untuk menilai gaya Jokowi, tentu akan berbeda jauh. Indikasi politik kerja nyata jelas kita rasakan, maka berikutnya adalah, bersiap-siaplah para lawan politik, atau front Koalisi Merah Putih untuk berhadapan dengan rakyat, karena seperti disebutkan pengamat diatas, jika yang ditunjukkan adalah politik kerja nyata, siapapun yang berseberangan, maka akan berhadapan dengan rakyat. Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pencitraan, adalah identik dengan politik kebohongan. Dan gaya seperti itu bukanlah tipe Jokowi.
Presiden adalah sosok yang menjadi pusat perhatian, maka pada tempatnya sosok itu harus berdiri pada posisi ideal, posisi yang positif. Kesan positif itu yang berhasil ditunjukkan oleh sosok Jokowi, yang tidak syak lagi menjadi modal terbesarnya sebagai calon terkuat pada Pilpres 2019.
alam Situs Poker Online Resmi
Berita Terkece Dan Terupdate
Sumber : Seword.com
Baca juga :
- PokerOfAsian.com | Situs Poker Online Resmi | Bandar Ceme | BandarQ | DominoQQ
- DANAQQ.COM SITUS BANDARQ DOMINO QQ BANDARQ ONLINE DOMINO 99 DOMINOQQ DOMINO99 ONLINE INDONESIA
- BORNEOPOKER.COM BANDAR POKER ONLINE SERTA BANDAR Q ONLINE TERPERCAYA DI INDONESIA
- LAPAKQQ.ONLINE AGEN DOMINO 99, DOMINO QIU QIU, BANDAR Q ONLINE, POKER ONLINE, DOMINO ONLINE
- VBANDAR Agen Remi9 Judi Sakong Bandar Poker Online Indonesia
Semoga bermanfaat , Berita Tercepat
Demikianlah Artikel Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum
Sekianlah artikel Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel Tabiat Sejati Jokowi, “Pencitraan” Hingga ke Tulang Sumsum dengan alamat link https://situspoker11.blogspot.com/2017/06/tabiat-sejati-jokowi-pencitraan-hingga.html
Komentar
Posting Komentar